Dinamakan Sun Kun Ing mungkin karena lokasinya disebelah lokalisasi Sunan Kuning. Atau mungkin, justru lokalisasi itu lah yang dinamakan mengikuti nama makam itu.
Saya tidak bermaksud mengajak pembaca berbuat dan berfikir syirik kepada Allah SWT. Sebab kalau orang berpikir sempit orang berwisata kemakam itu syirik karena akan minta sesuatu kepada selain Allah SWT, kepada batu, setan, demit dan sebagainya mungkin.
Bagi saya tamasya atau mengunjungi tempat orang ternama, aulia, ulama terkenal itu baik, sebab agama pun membenarkan, toh di sana kita mendoakan yang telah tiada itu. TIDAK meminta sesuatu kepada yang telah tiada secara LANGSUNG.
Juga bagi saya berdoa ditempat seperti itu hanya pinjam tempat karena AURAnya yang baik, permintaan doanyapun tetap kepada Allah SWT. Karena sebelumnya sudah mendoakan ahli kubur di situ kita akan dibantu dengan luapan berkahnya, apalagi ketika hidupnya mereka itu ulama, wali, orang yang berjasa pada agama, bangsa dan negara. Mendoakan seseorang kan bisa dari rumah saja, betul. Tapi afdol manakah berbicara dengan orang terkemuka umpama, lewat SMS dengan tatap muka langsung? Atau orang Jawa bilang sowan.
Seandainya makan Sun Kun Ing ini dibenahi seperti dulu bukan tidak mungkin pamornya akan baik lagi. Sebab para pengusaha yang sudah berhasil tidak eman-eman untuk merawatnya asal si perawatnya jujur, benar dan mau menjaga kelestariannya. Makam ini sudah dipugar sejak tahun 1960 an menurut catatan relief di makam, dan renovasi berkali-kali. Yang terakhir bulan November 2008 saya mendengar seorang pengusaha dari Semarang mendanai perbaikan atap, tapi pelaksanaannya oleh pelaksananya tidak maksimal. Hal seperti ini kelihatannya yang menyebabkan para donatur pada ogah mendanai, sehingga bangunannya kurang terawat.
Penyalahgunaan fungsinya pun tidak pernah termonitor, seolah masa bodoh aja, ini jadi tanggung jawab siapa kalau bukan orang yang dipercaya merawat dan menjaga makam. Siang hari sering remaja pada pacaran di tempat itu sampai lewat batas, umpama berciuman, bercumbu dengan bergulingan di serambi makan. Hal inilah salah satu penyebab pengotoran aura makam itu di samping juga untuk menghitung judi nomer. Sebab yang dimakamkan di situ orang-orang ulama antaranya Kyai Majapahit, Kyai Sekabat, Kyai selamet, Sunan Ambarawa.
Sedang Sunan Sun Kun Ing aku yakini seorang ulama dari China, termasuk pembawa agam Islam ke Jawa sebab kenapa makamnya didampingi petilasan Sunan Kalijaga yang bagi orang Islam Indonesia tidak diragukan lagi siapa beliau.
Saya percaya bila makam ini dikelola, dijaga dan dikelola yang baik akan mengundang wasatawan religi, yang akhirnya juga memberikan tambahan pendapatan pada penduduk sekitarnya, umpama penjual bunga, juru parkir, dan penjaga makam. Dalah hal merekondisikan tempat wisata religi ini sebaiknya pihak lembaga pemerintahan setempat ikut ambil bagian untuk sosialisasi dan pengawasan, sedang donatur mungkin bisa dihubungi orang-orang tertentu. sekalian me-nguri-uri kebudayaan dan wisata religi.
Sumber : citizennews.suaramerdeka.com
Saya tidak bermaksud mengajak pembaca berbuat dan berfikir syirik kepada Allah SWT. Sebab kalau orang berpikir sempit orang berwisata kemakam itu syirik karena akan minta sesuatu kepada selain Allah SWT, kepada batu, setan, demit dan sebagainya mungkin.
Bagi saya tamasya atau mengunjungi tempat orang ternama, aulia, ulama terkenal itu baik, sebab agama pun membenarkan, toh di sana kita mendoakan yang telah tiada itu. TIDAK meminta sesuatu kepada yang telah tiada secara LANGSUNG.
Juga bagi saya berdoa ditempat seperti itu hanya pinjam tempat karena AURAnya yang baik, permintaan doanyapun tetap kepada Allah SWT. Karena sebelumnya sudah mendoakan ahli kubur di situ kita akan dibantu dengan luapan berkahnya, apalagi ketika hidupnya mereka itu ulama, wali, orang yang berjasa pada agama, bangsa dan negara. Mendoakan seseorang kan bisa dari rumah saja, betul. Tapi afdol manakah berbicara dengan orang terkemuka umpama, lewat SMS dengan tatap muka langsung? Atau orang Jawa bilang sowan.
Seandainya makan Sun Kun Ing ini dibenahi seperti dulu bukan tidak mungkin pamornya akan baik lagi. Sebab para pengusaha yang sudah berhasil tidak eman-eman untuk merawatnya asal si perawatnya jujur, benar dan mau menjaga kelestariannya. Makam ini sudah dipugar sejak tahun 1960 an menurut catatan relief di makam, dan renovasi berkali-kali. Yang terakhir bulan November 2008 saya mendengar seorang pengusaha dari Semarang mendanai perbaikan atap, tapi pelaksanaannya oleh pelaksananya tidak maksimal. Hal seperti ini kelihatannya yang menyebabkan para donatur pada ogah mendanai, sehingga bangunannya kurang terawat.
Penyalahgunaan fungsinya pun tidak pernah termonitor, seolah masa bodoh aja, ini jadi tanggung jawab siapa kalau bukan orang yang dipercaya merawat dan menjaga makam. Siang hari sering remaja pada pacaran di tempat itu sampai lewat batas, umpama berciuman, bercumbu dengan bergulingan di serambi makan. Hal inilah salah satu penyebab pengotoran aura makam itu di samping juga untuk menghitung judi nomer. Sebab yang dimakamkan di situ orang-orang ulama antaranya Kyai Majapahit, Kyai Sekabat, Kyai selamet, Sunan Ambarawa.
Sedang Sunan Sun Kun Ing aku yakini seorang ulama dari China, termasuk pembawa agam Islam ke Jawa sebab kenapa makamnya didampingi petilasan Sunan Kalijaga yang bagi orang Islam Indonesia tidak diragukan lagi siapa beliau.
Saya percaya bila makam ini dikelola, dijaga dan dikelola yang baik akan mengundang wasatawan religi, yang akhirnya juga memberikan tambahan pendapatan pada penduduk sekitarnya, umpama penjual bunga, juru parkir, dan penjaga makam. Dalah hal merekondisikan tempat wisata religi ini sebaiknya pihak lembaga pemerintahan setempat ikut ambil bagian untuk sosialisasi dan pengawasan, sedang donatur mungkin bisa dihubungi orang-orang tertentu. sekalian me-nguri-uri kebudayaan dan wisata religi.
Sumber : citizennews.suaramerdeka.com