Paket Wisata Jawa Tengah | Paket Wisata Semarang | Karimunjawa | Rafting: wisataalam
Headlines News :

Latest Post


Tampilkan postingan dengan label wisataalam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label wisataalam. Tampilkan semua postingan

Dieng Culture Festival 2012

Festival Budaya Dieng III atau lebih dikenali sebagai Dieng Culture Festival (DFC) akan kembali digelar pada 30 Juni hingga 1 Juli 2012. Festival budaya tradisional ini akan dilaksanakan di kompleks Candi Arjuna, Dataran Tinggi Dieng, Banjarnegara, Jawa Tengah.

Dalam acara tersebut Anda akan disuguhi beragam prosesi budaya yang menarik, yaitu: Karnaval Seni dan Budaya, Pembukaan ”Dieng Culture Festival 2012”, Pergelaran Seni Tari Tradisonal, Pelepasan Prosesi Napak Tilas Ruwat Rambut Gembel (gimbal), Pagelaran Wayang Kulit, Kembang Api, Kirab Cukur Rambut anak Gembel (gimbal), Prosesi Cukur Rambut anak Gembel (gimbal), dan Pagelaran Seni Budaya khas Dieng (festival).

Kegiatan ini juga akan dimeriahkan lomba lari bagi pelajar sejauh 10 km yang bertajuk “Dieng 10 K“. Acara yang baru pertama digelar dalam DFC ini akan diisi kegiatan unik yaitu sebelum lomba lari dimulai, para peserta dan penonton akan diajak untuk minum purwaceng, yaitu minuman khas Dieng berupa kopi yang dipercaya memiliki khasiat penambah stamina.

Prosesi Cukur Rambut Gembel adalah prosesi paling menarik sekaligus acara utama dalam rangkaian acara DFC. Prosesi ruwat akan dimulai dengan acara kirab (arak-arakan) keliling kampung oleh anak-anak berambut gimbal menggunakan kereta kuda (dokar) sebagai kendaraannya. Iring-iringan anak gembel akan dikawal barisan pemangku adat di depan dan para kelompok penari di belakangnya. Rute dimulai dari rumah pemangku adat dan berakhir di kompleks Darmasala.

Anak gembel juga akan dimandikan mengikuti rangkaian prosesi khusus. Setelah itu, barulah rambut gembel (yang menurut mitos adalah kutukan) akan dipotong. Prosesi dilanjutkan dengan membuang atau melarung rambut ke sungai atau ke telaga yang letaknya tidaklah jauh dari Kompleks Candi Arjuna.

Hal menarik dari prosesi ini adalah sebelumnya anak-anak berambut gimbal sudah menentukan permintaan yang harus dipenuhi kedua orang tuanya dan kerabatnya sebagai syarat utama sebelum acara ruwat dilaksanakan. Apabila sang anak gembel belum menentukan keinginannya atau jika seandainya keinginannya tidak dapat dipenuhi maka ruwat rambut gimbal tidak dapat dilaksanakan. Bahkan, saat ini ada keturunan gimbal yang seumur hidupnya berambut gimbal karena dipercaya tidak terpenuhi permintaannya tersebut. Permintaan keturunan gimbal dapat bermacam-macam, mulai dari barang-barang sederhana seperti binatang peliharaan seperti ayam atau kambing, bahkan ada yang menginginkan sepeda atau motor. Ada juga yang meminta benda-benda dengan ciri atau persyaratan khusus. Hal ini memang kadang menyulitkan orang tua dan kerabatnya karena permintaan tersebut tidak bisa ditawar atau ditukar.

DFC terlaksana hasil kerja sama Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banjarnegara dan Kelompok Sadar Wisata “Dieng Pandawa” di Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batu. Penyelenggaraan DCF III ini sebagai upaya mendongkrak kunjungan wisatawan ke Dataran Tinggi Dieng dan menyongsong Tahun Kunjungan Wisata Jawa Tengah Tahun 2013. Selain itu, acara ini juga untuk mengangkat tradisi seni budaya masyarakat Dataran Tinggi Dieng sekaligus mempromosikan hasil kerajinan khas setempat.

Untuk menuju ke dataran tinggi Dieng di Jawa Tengah maka Anda dapat mengendarai mobil atau kendaraan umum yang berjarak sekira 3 jam perjalanan dari Yogyakarta atau 25 km dari Wonosobo. Apabila Anda memanfaatkan moda transportasi umum maka Anda dapat menggunakan bus dari Yogyakarta ke Magelang lalu ke Wonosobo. Dari Wonosobo gunakanlah minibus menuju Desa Dieng. Kawasan Dieng dapat dijangkau dengan berjalan kaki dari Desa Dieng. Tersedia parkir kendaraan di sana apabila Anda mengendarai mobil.

Pembukaan akan dilaksanakan pada hari pertama dan kegiatan berakhir dengan Prosesi Cukur Rambut anak Gembel (Gimbal). Jenis Kegiatan yang akan diselenggarakan antara lain :
  • Karnaval Seni dan Budaya
  • Pembukaan ”Dieng Culture Festival 2012”
  • Pergelaran Seni Tari Tradisonal
  • Pelepasan Prosesi Napak Tilas Ruwat Rambut Gembel
  • Pagelaran Wayang Kulit
  • Kembang Api
  • Kirab Cukur Rambut anak Gembel (Gimbal)
  • Prosesi Cukur Rambut anak Gembel (Gimbal)
  • Pagelaran Seni Budaya khas Dieng (Festival)
Informasi lebih lanjut silakan kunjungi laman berikut.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banjarnegara
Jl. Selomanik No. 35
Telp: 0286-592753; 594913
Email: dinbudpar@banjarnegarakab.go.id
Website:http://budparbanjarnegara.com

Dieng Culture Vestival 2011

Acara ini merupakan agenda kegiatan tahunan dalam rangka memromosikan potensi pariwisata khususnya wisata budaya di Dataran Tinggi Dieng, yang akan diselenggarakan pada tanggal 1-3 Juli 2011. Festival tersebut akan menampilkan berbagai kesenian dan budaya khas Dataran Tinggi Dieng termasuk pameran hasil kerajinan masyarakat setempat serta ruwatan dengan memotong rambut "gimbal" anak agar anak yang memiliki rambut gimbal tersebut sehat dan rambutnya bisa tumbuh normal. Acara "Dieng Culture Festival 2011" ini diharapkan dapat memulihkan kepariwisataan Dataran Tinggi Dieng pascabencana gas beracun (CO2) yang dikeluarkan Kawah Timbang.

Wajah Baru Pantai Alam Indah, Tegal

Pantai Alam Indah (PAI), salah satu ­lokawisata Kota Tegal terus berbenah. Kini penambahan sarana dan prasarana di objek wisata tersebut terus dilakukan Pemkot Tegal. Kalau selama ini sarana wisata yang ada itu berupa taman bermain, anjungan, waterboom, dan Monumen Bahari, maka mulai awal Ramadan sarananya dilengkapi dengan anjungan yang ­panjangnya mencapai 250 meter dan kapal restorasi bernama ­
Lor ing Margi. Jenis restoran apung tersebut bisa dibilang satu-­satunya di Jateng.

Tentu saja itu semua bertujuan untuk meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) dari sektor pariwisata. Keberadaan restoran apung Lor Ing Margi dan anjungan baru dapat menjadi magnet untuk menggaet wisatawan lokal maupun dari luar daerah untuk berkunjung ke PAI. Dengan demikian, pendapatan asli daerah Kota Tegal meningkat.
Kepala Dinas Pemuda Olahraga Kebuda­ya­an dan Pariwisata (Disporbudpar), Ir HM Wah­yudi MM, mengatakan, kapal Lor Ing Margi resmi beroperasi, Minggu (9/8). Laun­ching dilakukan Wali Kota Tegal H Ikmal Jaya SE Ak. Kapal tersebut merupakan kapal kargo yang biasa digunakan untuk mengangkut kayu dari Kalimantan. Namun sejak tahun 2007, oleh PT Tegal Shipyard Utama, kapal yang memiliki panjang 45 meter dan lebar 12,5 meter itu disulap menjadi sebuah kapal restorasi (restoran terapung).

Menurut Wahyudi, Kapal Lor Ing Margi tak hanya berfungsi sebagai restoran, namun juga dapat digunakan sebagai kegiatan rapat, acara pernikahan dan pesta ulang tahun atau acara syukuran. Sebab, kapal tersebut juga menyediakan restoran dengan daya tampung lebih dari 150 orang.

Demikian juga ruang rapat di bagian ba­wah berkapasitas 100 orang. Selain itu ada empat buah kamar yang di bagian paling atas dekat ruang kemudi.

Wahyudi mengemukakan, pihaknya selama bulan Ramadan juga meningkatkan pengawasan terhadap objek wisata PAI. Upaya tersebut dilakukan untuk mengantisipasi kemungkinan adanya sejumlah orang yang memanfaatkan untuk tempat berbuat maksiat.
Dia mengatakan, jumlah petugas yang melakukan pengawasan sebanyak 8 personel, terdiri atas polisi, Satpol PP, TNI AL dan petugas dari Disporbudpar. Menurut dia, dalam rang­­ka meningkatkan kenyamanan pengunjung pihaknya dalam waktu dekat ini akan melakukan penataan parkir kendaraan. Pasalnya, selama ini kondisi parkir kendaraan masih semra­wut. Bahkan, sering dijumpai pengunjung me­markir mobil maupun motor hingga di dekat pantai.

Kondisi demikian, menyebabkan suasana PAI tidak teratur. Oleh karena itu, perlu dila­ku­kan penataan terhadap kendaraan pengunjung. Sesuai rencana, akan ada areal parkir di depan masjid di komplek PAI. Selain itu, akan ada peningkatan jalan yang mengelilingi taman kura-kura. Upaya tersebut untuk mengatasi ge­nangan rob yang biasa terjadi saat musim angin timuran dan musim penghujan.

Dengan adanya langkah-langkah tersebut, ketertiban dan kenyamanan pengunjung semakin meningkat. Para pengunjung ketika akan menuju pantai berjalan kaki, sehingga lingkungan pantai terlihat bersih dan teratur.

YANG pasti, seiring dengan kelengkapan sarana dan prasarana wisata, seperti adanya penambahan anjungan dan restoran terapung Lor Ing Margi jumlah pengunjung PAI semakin meningkat. Pihaknya, optimistis target Rp 1 miliar per tahun bisa terpenuhi.
Tahun ini objek wisata alam satu-satunya di Kota Bahari itu akan diperlebar sekitar tujuh hektare. Adapun jumlah anggaran yang disiapkan mencapai Rp 3 ,3 miliar. Dana tersebut antara lain untuk pengurugan wahana permainan anak, pembangunan jalan di taman kura-kura, pembangunan saluran air, pembangunan mandi bilas dan WC umum, pembangunan Monumen Bahari tahap kedua, pembangunan area parkir serta pembangunan tembok keliling.

Menurut Wahyudi, pengembangan PAI akan memberikan dampak multiefek yang baik kepada masyarakat di sekitarnya. Pasalnya, dengan semakin ramainya pengunjung ekonomi masyarakat juga bisa meningkat. Mereka bisa berdagang berbagai makanan sehingga memperoleh penghasilan.

Selain pengembangan sarana dana prasa­ra­na pihaknya bersama Dinas Pekerjaan Umum (DPU) juga melakukan perbaikan terhadap se­jumlah akses jalan yang menunju ke PAI. Wu­jud­nya antara lain peningkatan Jl Sangir, Jl Hal­mahera, pembangunan saluran air Jl Hal­ma­hera dan saluran samping Universitas Pan­ca­sakti (UPS) Tegal. Untuk kegiatan tersebut telah dianggarkan dana mencapai Rp 1,6 miliar.

Jadi, dengan kelengkapan seperti yang ada sekarang, PAI yang sekian lama selalu menjadi magnet pada saat Lebaran, bakal semakin ramai. Beberapa hari ini memang belum bisa dihitung. Tapi pihak pengelola memprediksi jumlah kunjungan bakal mencapai 6 ribu orang setiap harinya.

Apalagi semuanya telah dipersiapkan benar menjelang Lebaran. Kepala Dinas Pemuda Olah Raga Kebudayaan dan Pariwisata (Disporbudpar), Ir HM Wahyudi MM mengatakan, berdasarkan yang sudah-sudah, lonjakan jumlah pengunjung terjadi pada H+2 dan H+3. Karena itu, pihaknya kini terus melakukan perbaikan sarana dan prasarana yang kurang mema­dai, antara lain pembangunan area pakir di de­pan Masjid PAI dan Waterboom dengan luas men­capai 600 meter persegi. Selain itu, pening­katan jalan yang mengelilingi taman kura-kura.

Dia juga mengemukakan, pihaknya telah menyiagakan sejumlah petugas untuk pengamanan, menjaga kebersihan dan keselamatan pengunjung. Tak hanya itu, sejumlah personel Tim SAR dari Polairud juga dilibatkan untuk pemantauan di pantai.
Kasi Pengembangan Produk dan Usaha Pariwisata, Sudibyo menambahkan, pihaknya juga telah melayangkan surat kepada para pengelola perahu wisata untuk mempersiapkan alat-alat keselamatan bagi para pengunjung yang menggunakan jasa perahu wisata. Selain itu, seluruh pedagang dan tukang parkir diminta menjaga ketertiban dan kebersihan. ”Mereka dilarang memanfaatkan situasi dengan menaikan harga yang memberatkan para pengunjung,” ujarnya.

Ya, wajah baru PAI bisa menjadi magnet menarik untuk pewisata. Tentu tak hanya ketika liburan Lebaran, magnet itu bakal terus menarik di waktu-waktu selanjutnya. Yang lebih mengasyikkan lagi, lokasinya tak jauh dari pusat Kota Tegal.

Di Sini Bermula Angkatan Laut
MEMPELAJARI sejarah bangsa, tidak selalu harus dilakukan di bangku sekolah. Belajar sejarah dapat dilakukan dengan melihat benda-benda dan lokasi peninggalan masa lalu.
Saat ini, Kota Tegal memiliki sebuah objek wisata, yang dapat memberikan gambaran kepada generasi muda mengenai sejarah berdirinya TNI Angkatan Laut. Objek wisata tersebut bernama Monumen Bahari, terletak di kawasan obyek wisata Pantai Alam Indah (PAI) Kota Tegal.
Lokasi wisata tersebut sangat mudah dijangkau, karena terletak di jalur pantura, tepatnya sekitar 500 meter utara Jalan Yos Sudarso Kota Tegal. Monumen Bahari terletak di kiri jalan, sekitar 20 meter setelah pintu masuk kawasan PAI.
Monumen Bahari Kota Tegal diresmikan oleh Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Tedjo Edhy Purdijatno, Sabtu 20 Desember 2008. Pada bagian tengah, terdapat bangunan induk, yang digunakan sebagai ruang pameran.
Sejumlah alat utama sistem senjata (alutsista) yang sudah tidak terpakai, menghiasi sekeliling bangunan induk. Alat-alat tersebut merupakan sumbangan dari TNI Angkatan Laut, di antaranya kendaraan tempur tank PT 76, kendaraan tempur Pintam BRDM, pesawat udara Nomad N-22, meriam darat, bouyance, lampu navigasi, jangkar dan rantai, ranjau tanduk, serta terpedo MK 44.
Pengunjung dapat masuk dan melihat dari dekat, pesawat maupun senjata yang dipamerkan. Mereka tidak perlu berdesak-desakkan, karena Monumen Bahari dibangun di atas lahan yang cukup luas, sekutat 12.000 meter persegi.
Monumen Bahari di Kota Tegal merupakan monumen yang ke-35. Dari 34 monumen sebelumnya, 21 dikelola pemerintah daerah, sedangkan 13 dikelola TNI Angkatan Laut. Selain menjadi sarana rekreasi, keberadaan monumen tersebut diharapkan dapat mengembalikan jiwa bahari masyarakat Tegal, karena Angkatan Laut muncul dari Tegal.
Keberadaan Kota Tegal dalam sejarah berdirinya TNI Angkatan Laut, dapat dilihat dari brosur yang dapat diperoleh di sana. Kota Tegal menjadi cikal bakal terbentuknya Korps Mari­nir TNI Angkatan Laut, pada 15 No­vem­ber 1945, dengan nama Corps Ma­riniers. Selanjutnya, tanggal tersebut dijadikan sebagai hari lahir Korps Marinir.

Selain itu, Kota Tegal juga menjadi kota awal berdirinya Sekolah Angkatan Laut (SAL). Beberapa bangunan bersejarah lainnya yang dapat meyakinkan pengunjung mengenai peranan Tegal dalam sejarah berdirinya TNI Angkatan Laut, yaitu Gedung Pangkalan Angkatan Laut dan Monumen Kalibakung.
Monumen Kalibakung merupakan monumen yang menandai tempat itu pernah dipakai oleh Angkatan Laut RI sebagai tempat penyelenggaraan latihan opsir. Selain itu, terdapat sejumlah lokasi penyelenggaraan SAL, yang saat ini digunakan untuk asrama susteran PIUS dan SMKN 1 Tegal.

Bangunan-bangunan tersebut memang tidak berada dalam satu kawasan dengan Monumen Bahari. Meskipun demikian, pengunjung dapat menemukannya dengan berkeliling Kota Tegal dan sekitarnya.

Saat ini, pengunjung masih dapat menikmati objek wisata tersebut, de­ngan biaya yang murah. Tiket masuk Monumen Bahari masih menjadi satu dengan tiket masuk PAI. Padahal, harga tiket masuk objek wisata PAI cukup murah. Untuk orang dewasa hanya Rp 1.500 per orang, sedangkan untuk anak-anak Rp 1.000 per orang.
Selain Monumen Bahari, kawasan PAI juga dilengkapi waterboom dan anjungan wisata. Waterboom dibangun di atas lahan seluas 3.600 meter persegi, dengan kapasitas tempat luncuran maksimal 10 orang.
Keberadaan monumen tersebut diharapkan dapat menyerap tenaga kerja, sehingga membantu mengatasi krisis yang terjadi saat ini.(73) (Wawan Hudiyanto/)

Sumber : Suara Merdeka

Grand Canyon Pangandaran

grand canyon pangandaran
Tempat wisata Green Canyon terletak di Desa Kertayasa, Ciamis, Jawa Barat, kurang lebih 31 km dari Pangandaran. Nama Green Canyon dikenalkan oleh wisatawan dari Prancis. Warna air sungai yang kehijauan mungkin menjadi alasan tempat ini disebut Green Canyon. Sedangkan nama sebelumnya, Cukang Taneuh berarti jembatan tanah karena adanya jembatan dengan lebar 3 meter dan panjang mencapai 40 meter yang menghubungkan antara Desa Kertayasa dengan Desa Batukaras.

Yang menjadi tujuannya adalah terowongan menyerupai gua yang berada di bawah jembatan tanah yang dikenal dengan Gua Green Canyon. Untuk mencapai gua tersebut, Anda harus menyusuri sungai Cijulang menggunakan perahu yang disebut sebagai ketinting. Perahu ini hanya mampu ditumpangi oleh 5 penumpang. Harga sewa perahu atau ketinting sebesar Rp 75.000,- per perahu. Waktu yang diperlukan untuk melakukan perjalanan yang dimulai dari dermaga Ciseureuh menuju gua kurang lebih 30 menit.

Di sisi aliran sungai Cijulang Anda dapat menikmati tebing bukit yang ditumbuhi hijaunya pepohonan yang rimbun dan bebatuan yang menghiasinya. Perjalanan tidak akan membosankan karena pemandangan yang indah dan santainya menikmati aliran sungai. Naik ketinting juga dapat menciptakan keunikan tersendiri, khususnya untuk anak-anak yang menyenangi air.

Saat hampir sampai, jalur akan menyempit sehingga perahu harus bergantian untuk memasuki jalur ini. Ada pula pengatur yang memberi arahan untuk para pengemudi perahu agar dapat melaju dengan tertib. Mendekati mulut gua, ketinting tidak dapat lagi untuk mengantarkan Anda dan rombongan karena jalur yang tidak mungkin dilalui.

Gua Green Canyon
Pemandangan yang indah menanti Anda setelah turun dari perahu. Anda dapat menikmati sisi gua yang kokoh dengan melihat stalagtit dan stalagmit yang masih meneteskan air. Air terus menerus dikeluarkan di tebing sehingga daerah ini disebut sebagai daeah hujan abadi. Anda juga dapat berenang dalam gua dengan menggunakan pelampung. Anda akan merasakan air yang terasa dingin dan menyegarkan. Pemandangan semakin cantik ketika menyaksikan air terjun Palatar yang terdapat dalam Gua Green Canyon. Berenang di air yang dingin sambil menikmati tebing-tebing tinggi dan melihat stalagtit dan stalagmit pasti merupakan pengalaman tersendiri yang tidak terlupakan.
Green Canyon atau Cukang Taneuh memang merupakan tempat wisata yang indah di daerah Pangandaran. Tetapi, bila Anda berniat mengunjungi tempat ini sebaiknya berkunjung pada musim kemarau karena pada musim ini, air sungai Cijulang berwarna hijau tosca. Sedangkan pada musim hujan, saat curah hujan tinggi, air sungai akan berwarna coklat. Selain itu pada musim hujan ada kemungkinan air sungai akan pasang atau aliran air sungai yang terlalu deras sehingga tempat ini ditutup untuk umum demi keselamatan pengunjung.

Sumber : kumpulan.info

Jika Anda menginginkan dan berminat menikmati keindahan Pantai Pangandaran dan keindahan Grand  Canyon pangandaran Anda bisa menghubungi kami untuk itu.
 

Segarkan Pikiran Anda di Daerah Selatan Bandung

KAWAH PUTIH
kawah putih bandung
Berada di kab Bandung yang terletak di Rancabali sekitar 44 km dari Kota Bandung, tepatnya di Desa Sugih Mukti Kecamatan Pasir Jambu. Lokasi wisata yang paling menarik di selatan Bandung adalah Kawah Putih dan Situ Patenggang dengan panorama perkebunan teh yang berudara sejuk. Kawah Putih adalah sebuah danau kawah dari Gunung Patuha dengan ketinggian 2.434 m dari permukaan laut. Kawah lainnya berada puncak sebelah barat. Kawah ini terbentuk akibat letusan pada abad 10 dan 12. Kawah ini memiliki kadar keasaman belerangnya yang sangat tinggi di dunia. Makanya tak heran kalau didaerah ini dahulu pernah dibangun pabrik belerang. Kawah Putih mirip danau yang dikelilingi dinding bukit terjal namun di bagian lain agak landai menyerupai pantai sehingga pengunjung dapat berjalan ke tepinya dan menyentuh air kawah yang mengandung belerang. Warna air kawah berubah-berubah tergantung kandungan mineralnya saat itu, kadang memutih seperti ditutupi salju, kadang berwarna hijau kebiru-biruan.

SITU PATENGGANG
situ patenggang bandung
Danau ini terletak di perkebunan teh Rancabali, 47 km dari kota Bandung, Dapat ditempuh dari terminal Leuwih Panjang di Bandung, kawasan ini merupakan tempat wisata yang sejuk. Disekitar danau di kelilingi perkebunan teh dimana terdapat lahan perkemahan yang banyak dikunjungi kaum remaja dimasa liburan sekolah dan juga lokasi ini ramai dikunjungi orang pada hari libur dimana pengunjung dapat bermain sepeda air mengeliligi danau. Ditengah danau ini terdapat pulau asmara dan didalamnya terdapat batu cinta. Adapun Legenda Batu Cinta yaitu : di kaki gunung patuha yang udaranya sejuk, serta panorama alamnya yang indah, terbentang sebuah danau. Danau ini mengisahkan dua insan yang telah lama berpisah (Ki Santang dan Dewi Rengganis). Karena Asmaranya yang begitu dalam akhirnya mereka di pertemukan kembali di sebuah tempat yang sampai sekarang di sebut Batu Cinta. Batu inilah yang menjadi saksi bisu dipertemukan kembali cinta mereka.

Pantai Kartini Jepara

Sebagian besar orang mengenal Kota Jepara sebagai Kota Kartini, karena seorang pahlawan wanita telah dilahirkan dikota ini. Selain menyandang gelar Kota Kartini, sebutan kota ukir juga sangat pas, karena sentra-sentra ukir banyak sekali tersebar diwilayah ini. Sisi lain yang belum tereksploitasi adalah sisi wisata kota Jepara, karena sebelah utara wilayah ini langsung berbatasan dengan pantai utara jawa, sehingga wisata pantai menjadi salah satu primadona. Salah satu pantai yang cukup terkenal adalah Pantai Kartini, yang terletak kurang lebih hanya 2 km sebelah barat kantor Pemda Kabupaten Jepara.

Menghormati dan menjalankan tradisi, agaknya telah menjadi keharusan di kabupaten Jepara. Tradisi Kupatan yaitu sebuah tradisi perayaan lebaran yang dilaksanakan seminggu setelah Idul Fitri, yang merupakan tradisi turun temurun terbukti masih dilaksanakan sampai sekarang. Tradisi Kupatan di Pantai Kartini adalah sebuah upacara pelarungan kepala kerbau ketengah laut yang dilakukan oleh Bupati dan tokoh masyarakat setempat. Pagi itu, kurang lebih jam 06.30 Pantai Kartini sudah dipenuhi oleh ratusan orang, anak-anak sampai dengan orang tua, sibuk bergerombol dan asyik dengan kegiatannya masing-masing ditepi pantai. Keramaian ini tidak seperti biasanya, karena dipintu masuk banyak aparat keamanan bersenjata lengkap yang sedang melakukan pengamanan. Ternyata rombongan Bupati Jepara akan memasuki Pantai Kartini dan akan melakukan upacara pelarungan kepala kerbau ketengah laut.

Sejenak kemudian rombongan memasuki dermaga, yang tidak terlalu jauh dari pintu masuk. Setelah beberapa saat melakukan do'a, upacara pun dimulai dan kepala kerbau dilarungkan ketengah laut. Tujuan upacara ini adalah untuk memberikan kepala kerbau kepada penguasa laut selatan, sehingga penguasa laut dapat memberikan berkah kepada penduduk sekitar, terutama para nelayan sekaligus juga diberikan selamat dalam menjalankan aktifitas sehari-hari. Wisata Pantai Kartini telah banyak mengalami perubahan, barangkali kalau kita pergi kesana lima tahun lalu suasana semrawut dan pantai yang kotor adalah pemandangan yang biasa. Namun rupanya Pemda Jepara menyadari bahwa aset wisata tersebut bisa dikembangkan dan bisa memberikan sumbangan pendapatan daerah. Berkat kerjasama pihak Investor dan Pemda, Pantai Kartini telah mengalami perubahan yang signifikan. Fasilitas yang ada mulai diperbaiki, dari mulai pintu masuk, MCK, tempat bermain anak-anak sampai dengan dermaga untuk perahu dan kapal. Sebuah dermaga untuk bersandar kapal ukuran menengah walaupun belum seluruhnya selesai, sudah nampak rapi dan disandari beberapa kapal. Gundukan semen yang biasa disebut pemecah ombak, nampak kokoh dengan ketinggian satu meter diatas permukaan air laut, dengan tujuan untuk menghalangi ombak yang datang menghantam secara langsung terhadap dermaga yang ada.
Kapal yang bersandar disini sebagian besar adalah kapal pengangkut barang dan penumpang ke Pulau Karimun Jawa. Pulau Karimun Jawa adalah sebuah pulau yang terletak disebelah utara Jepara, dimana untuk mencapai pulau tersebut diperlukan waktu kurang lebih 4 jam dengan menggunakan kapal kecil. Pulau Karimun Jawa terkenal juga sebagai salah satu tempat yang memiliki terumbu karang yang sangat indah di Indonesia. Sehingga tak salah jika pulau ini menjadi tempat yang menarik bagi para pencinta taman laut. Sebagai alternatif wisata, tak jauh dari pantai kartini ada juga Pulau Panjang. Pulau Panjang terletak hanya 15 menit dari Pantai Kartini dengan menggunakan perahu kecil. Perahu tersebut dapat kita sewa, yaitu dengan harga 50 ribu - 70 ribu per perahu, dengan kapasitas sebanyak 15 orang per perahu. Pada saat lebaran Kupatan, berwisata ke Pulau Panjang juga menjadi berkah tersendiri bagi para pemilik perahu. Disaat lebaran rata-rata satu perahu bisa memperoleh pendapatan antara 2 juta - 3 juta.

Pulau Panjang sendiri hanyalah Pulau kecil dengan luas 7 hektare, dan didalamnya hanya dipenuhi oleh pohon-pohon liar. Rencana kedepan, ada niatan Pemda Jepara untuk menjadikan pulau ini sebagai tempat konservasi alam terutama untuk tumbuh-tumbuhan. Disaat lebaran Kupatan tiba, di Pulau Panjang banyak sekali orang berjualan, ada yang menjual ikan segar, nasi, gorengan dan berbagai makanan lain. Sambil makan kita bisa bersantai bersama keluarga ditepi pantai yang cukup bersih bahkan sambil mandi ditepi pantai Pulau Panjang. Sebetulnya tak hanya dihari lebaran pulau ini dikunjungi oleh para wisatawan, namun hari-hari biasa terutama Sabtu dan Minggu juga ramai oleh pengunjung. Ternyata disaat lebaran pengunjung yang datang tidak hanya dari daerah Jepara, tetapi masyarakat dari kabupaten sekitar juga banyak berdatangan untuk melakukan tradisi kupatan, seperti masyarakat dari kabuapaten Pati, Kudus, Demak bahkan Purwodadi. Tampak terlihat juga beberapa orang wisatawan manca negara, untuk menyaksikan upacara kupatan ini. Kedepan, tentunya Pemda Jepara beserta jajarannya akan terus mengembangkan wisata pantai ini, sehingga hasilnya selain bisa dijadikan alternatif tempat wisata yang menarik sekaligus juga memberikan pendapatan bagi Pemda.

Sumber : navigasi.net, Foto : wisatanesia.com

Karimunjawa, Menantang Bagi Pecinta Dunia Air

Bosan bermain-main air di Kepulauan Seribu, mengapa tidak bertandang ke Karimunjawa? Di kepulauan yang terletak di pesisir utara Jepara itu, terdapat deretan pulau-pulau yang tidak kalah cantik dengan kepulauan di Teluk Jakarta.

Karimunjawa, khusus bagi pecinta wisata air. Lho kok begitu? Pasalnya, perjalanan menuju kepulauan ini cukup menguras waktu, apalagi bagi pelancong yang berasal dari Jakarta atau Jawa Timur. Anda harus singgah ke Jepara dulu untuk melanjutkan perjalanan naik kapal feri selama 6-7 jam. Bila ingin perjalanan lebih singkat, Anda bisa berangkat melalui Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, menumpang kapal cepat dengan lama perjalanan sekitar 2-3 jam. Tentunya, kapal cepat ini akan memerlukan biaya yang lebih mahal dibandingkan dengan menumpang feri.

Tantangannya hanya itu? Tentu saja tidak. Keberangkatan menuju Kepulauan Karimunjawa, baik dari Jepara maupun Semarang, hanya berlangsung dua kali dalam seminggu. Salah satunya, hari Sabtu pukul 09.00 WIB. Bila terlambat, Anda harus menunggu beberapa hari lagi untuk menuju ke sana. Jadwal keberangkatan dari Kepulauan Karimunjawa juga sama, hanya dua kali dalam seminggu. Jadi, para wisatawan yang mau melancong harus benar-benar mengatur jadwal dengan sempurna. Jadwal salah, wisata bisa kacau-balau.

Bulan yang paling ditunggu-tunggu para pelancong untuk berlibur ke pulau ini adalah Mei dan Agustus. Menurut beberapa anak buah kapal dan penduduk setempat, saat itu cuaca amat mendukung, angin tidak terlalu kencang dan ombak tidak terlalu tinggi. Tidak heran apabila pada dua bulan ini, pengunjung pulau ini cukup banyak.

Kehadiran wisatawan ke pulau ini direspons positif oleh warga setempat dengan menyediakan penginapan murah meriah. Ada pula yang menawarkan untuk tinggal di wisma apung. Tinggal di hotel terapung ini akan memberikan pengalaman unik. Sebab, sekeliling Anda adalah air.

Nah, setelah urusan transportasi dan penginapan beres, mulailah menyiapkan peralatan, terutama peralatan menyelam. Para nelayan akan menawarkan perjalanan menuju pulau-pulau seperti Pulau Menjangan Besar, Pulau Cemara Besar atau Pulau Merica. Tiap pulau menyimpan pesona tersendiri.

Tanpa terasa waktu Anda akan menghilang namun tergantikan oleh kepuasan melihat-lihat terumbu karang atau sekedar bermain air di pantai. Langit biru, awan putih dan hawa segar bukan lagi sekedar gambaran di televisi, namun benar-benar menjadi milik Anda selama di Kepulauan Karimunjawa.Salah satu masalah yang kerap mendera wisatawan setelah mencicipi Karimunjawa yakni enggan pulang. Kedamaian di situ sulit digantikan oleh tempat lain. Tidak heran bila banyak pelancong yang tidak bosan berkali-kali singgah ke pulau ini. Kepulauan Karimunjawa bak candu, yang membuat pencicipnya terus merasa ketagihan.

Pemandian Air Panas Guci, Tegal

Legenda

Sahibul hikayat, air panas Guci adalah air yang diberikan Walisongo kepada orang yang mereka utus untuk menyiarkan agama Islam ke Jawa Tengah bagian barat di sekitar Tegal. Karena air itu ditempatkan di sebuah guci (poci), dan berkhasiat mendatangkan berkat, masyarakat menyebut lokasi pemberian air itu dengan nama Guci. Tapi karena air pemberian wali itu sangat terbatas, pada malam Jumat Kliwon, salah seorang sunan menancapkan tongkat saktinya ke tanah. Atas izin Tuhan, mengalirlah air panas tanpa belerang yang penuh rahmat ini. Nah, Sampai saat ini, setiap malam Jumat Kliwon, banyak orang datang dan mandi di tempat pemandian air panas ini untuk mendapat berkah
guci tegal

Apa yang anda bayangkan begitu teringat nama Tegal? Warteg, Martabak, atau Teh Poci Apapun jawabannya, semuanya memang identik dengan Tegal. Jadi orang Tegal patut bangga.

Membayangkan nikmatnya seruput teh tubruk Slawi, dengan gula batu, dituang dari Poci tanah liat, hem nikmatnya,Ini mengin gatkan kenangan masa silam saat-saat sebelum Sosro melahirkan teh celup.

Teh tubruk sekarang agak sulit dicari, kecuali pada momen tertentu barangkali, nostalgia atau anda datang langsung ke Tegal.

Cerita tentang Teh Poci, teringat Guci. Guci sebuah poci pancuran besar yg berasal dari alam. Airnya mengepul panas dari perut bumi, yang ditampung di dalam kolam, membentuk pemandian umum.

Tua, muda, lelaki, perempuan berendam bersama-sama. Penikmatnya duduk leyeh-leyeh menikmati hangatnya pancuran ditengah dinginnya pegunungan Slamet. Air panas bercampur belerang, meregangkan otot yg kaku kedinginan, juga memberikan efek penyembuhan kulit2 yang sudah menua. Mitos dan kenyataan tentang air belerang ini sudah diakui berlaku di gunung manapun.

Guci pemandian alam yang khas Tegal, siapapun tanpa memandang jenis kelamin atau usia, semuanya dipersilahkan duduk tenang berendam, tak perlu risih berbaur dipancuran yg sama. Buat yang sedikit malu-malu kucing, boleh pake kaca mata gelap, asal jangan lirak-lirik saja.

Ada 13 pancuran umum dan 10 air terjun alam. Tinggal pilih, semuanya baru keluar dari sumber mata air yg sama. Guci berada 40 km di selatan kota Tegal. Ambil jurusan ke selatan menuju Slawi, terus aja ke selatan lewat Lebaksiu, ke arah Purwokerto. Lebaksiu itu kota kecamatan kecil dimana sebagian besar penduduknya migran pedagang martabak di kota2 besar dari

Sabang sampai Marauke, termasuk semua yg ada di Bontang. Jadi kalau beli martabak biar dikasih murah, tebak aja penjualnya, "mas kulo saking Tegggalll, bapake Lebaksiu-ne pundi ?" Setelah itu ada penujuk jalan yg menunjukkan tanda arah Guci, belok kiri lewat Bumi Jawa, desa Tuwel dan akhirnya mentok diatas di ketinggian 1,050 meter dpl.

Guci sudah komersial, jadi anda bisa mendapatkan banyak pilihan dari melati sampai bintang empat. Ada sarana rekreasi ikutan spt menunggang kuda dan hiking. Dari yang sekedar menikmati keindahan alam, memperbaiki kulit, ataupun yang sedang mencari pesugihan. Suasana pegunungan dan keramaian yang ada mirip peristirahatan di Puncak Pass Cianjur. Sayur2an segar dari kebun di lereng2 gunung banyak dijajakan, dan biasa dibawa sebaga buah tangan.

Guci tempat yang cocok untuk liburan keluarga. Pada musim liburan, mungkin terlalu ramai, tetapi buat yang punya masalah kulit tidak usah ragu2 untuk berendam bersama, airnya jernih dan terus mengalir dan tentunya mumpung.

Sumber : http://www.navigasi.net/

Telaga Merdada Dieng, Banjarnegara

Dengan luas 15 ha telaga Merdada memiliki daya tarik tersendiri karena dikelilingi oleh tebing dan bukit yang kakinya melandai sampai ke tepian air. Di sebelah timur terdapat barak budidaya jamur dan carica dan daerah sekitarnya digunakan untuk pertanian.
Dalam cerita wayang alkisah ada seorang resi Gautama yang berputera tiga yaitu putra kembar Guwarso dan Guwarsi serta putri Anjani, putera kembarnya senang berburu kijang yang nantinya diberikan pada adiknya. Suatu ketika Dewi Anjani merenung dan melihat cupu manik Astagina (semcam cangkir milik Dewa) akhirnya ketiga putra Resi Gautama saling berebut akhirnya cupu manik tersebut dilempar oleh resi Gautama siapa yang dapat menangkap maka dia yang berhak memiliki namun bagian bawah cangkir (merdadi) terjatuh dan menjadi telaga Merdada karena kelelahan maka ketiga anaknya masuk kedalam telaga untuk menyejukkan badan namun ketika keluar wajah mereka berubah menjadi kera. Dari sini mereka menyadari sikap serakah dalam diri masing-masing sehingga memutuskan untuk bertapa dan mendarmabaktikan seluruh kemampuan kepada sesamanya.
Didekat telaga Merdada terdapat telaga Dringo dan telaga Nila yang pada tahun 1979 pernah terjadi musibah meletusnya gas beracun dan gempa hingga ke desa Simbar dan Kapucukan sehingga menewaskan 149 jiwa.
Sumber : Polaris Tour

Gunung Bromo, Jawa Timur

Dingin, begitulah yang akan Anda rasakan saat pertama kali Anda keluar dari mobil. Suhu disini mencapai 10 derajat bahkan sampai 0 derajat Celsius saat menjelang pagi. Maka, Anda hendaknya mempersiapkan pakaian dingin, topi kupluk, sarung tangan, kaos kaki, syal untuk mengatasinya. Tapi, bila Anda melupakan perlengkapan tersebut, ada banyak penjaja keliling yang menawarkan dagangannya berupa topi, sarung tangan, atau syal.

Melihat Matahari Terbit Bromo dari Pananjakan
Pengunjung biasa mengunjungi kawasan ini sejak dini hari dengan tujuan melihat terbitnya matahari. Untuk melihatnya, Anda harus menaiki Gunung Pananjakan yang merupakan gunung tertinggi di kawasan ini. Medan yang harus dilalui untuk menuju Gunung Pananjakan merupakan medan yang berat. Untuk menuju kaki Gunung Pananjakan, Anda harus melalui daerah yang menyerupai gurun yang dapat membuat Anda tersesat. Saat harus menaiki Gunung Pananjakan, jalan yang sempit dan banyak tikungan tajam tentu membutuhkan ketrampilan menyetir yang tinggi. Untuk itu, banyak pengunjung yang memilih menyewa mobil hardtop (sejenis mobil jeep) yang dikemudikan oleh masyarakat sekitar. Masyarakat sekitar berasal dari suku Tengger yang ramah dengan para pengunjung.

Sampai diatas, ada banyak toko yang menyediakan kopi atau teh hangat dan api unggun untuk menghangatkan tubuh sambil menunggu waktu tebitnya matahari. Ada pula toko yang menyewakan pakaian hangat. Menyaksikan terbitnya matahari memang merupakan peristiwa yang menarik. Buktinya, para pengunjung rela menunggu sejak pukul 5 pagi menghadap sebelah timur agar tidak kehilangan moment ini. Anda pun tidak selalu bisa melihat peristiwa ini, karena bila langit berawan, kemunculan matahari ini tidak terlihat secara jelas. Namun, saat langit cerah, Anda dapat melihat bulatan matahari yang pertama-tama hanya sekecil pentul korek api, perlahan-lahan membesar dan akhirnya membentuk bulatan utuh dan memberi penerangan sehingga kita dapat melihat pemandangan gunung-gunung yang ada di kawasan ini. Antara lain, Gunung Bromo, Gunung Batok, atau Gunung Semeru yang merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa. 

Kawah dan Lautan Pasir Bromo
Selesai menyaksikan matahari terbit, Anda dapat kembali menuruni Gunung Pananjakan dan menuju Gunung Bromo. Sinar matahari dapat membuat Anda melihat pemandangan sekitar. Ternyata Anda melewati lautan pasir yang luasnya mencapai 10 km². Daerah yang gersang yang dipenuhi pasir dan hanya ditumbuhi sedikit rumput-rumputan yang mengering. Tiupan angin, membuat pasir berterbangan dan dapat menyulitkan Anda bernafas.

Untuk mencapai kaki Gunung Bromo, Anda tidak dapat menggunakan kendaraan. Sebaliknya, Anda harus menyewa kuda dengan harga Rp 70.000,- atau bila Anda merasa kuat, Anda dapat memilih berjalan kaki. Tapi, patut diperhatikan bahwa berjalan kaki bukanlah hal yang mudah, karena sinar matahari yang terik, jarak yang jauh, debu yang berterbangan dapat membuat perjalanan semakin berat.

Sekarang, Anda harus menaiki anak tangga yang jumlahnya mencapai 250 anak tangga untuk dapat melihat kawah Gunung Bromo. Sesampainya di puncak Bromo yang tingginya 2.392 m dari permukaan laut, Anda dapat melihat kawah Gunung Bromo yang mengeluarkan asap. Anda juga dapat melayangkan pandangan Anda kebawah, dan terlihatlah lautan pasir dengan pura di tengah-tengahnya. Benar-benar pemandangan yang sangat langka dan luar biasa yang dapat kita nikmati.

Karimunjawa Island

Jepara regency consist of 14 sub-districts, one of those is Karimunjawa Sub-district. This sub-district that consists of 27 islands, 3 villages with 8.000 inhabitants is a reservation area. The existence of some special flora and fauna makes the island special.

1. THE STORY OF THE NAME OF KARIMUNJAWA

Sunan Nyamplungan was the man who gave the name of Karimunjawa. Sunan Nyamplungan who was also called Amir Hasan when he was young was the son of Sunan Muria. Amir Hasan was a spoiled boy, his mother always gave that he wanted. In other hand his father didn’t agree with his bad attitudes, so his father taught Moslem basic values to him, but it didn’t change Amir Hasan bad behavior. Sunan Muria couldn’t stand facing his son’s behavior, so he asked his brother named Sunan Kudus to teach Amir Hasan. Sunan Muria expected that by Sunan Kudus method, his son’s behavior would change
Sunan Kudus taught Amir Hasan very well, no wonder if Amir Hasan became a good young man. Considering the change of Amir Hasan’s behavior, Sunan Kudus took him back to Sunan Muria.

Sunan Muria was so happy considering that his son changed. To prove his son’s Islamic knowledge, he then commanded Amir Hasan to go to an isolated island which vaguely seen from top of Muria mount.
TouristAmir Hasan was accompanied by two men and supplied with 2 sheets of nyamplung tree. Long trip by sailing across the wide sea, finally ended in the island purposed. Amir Hasan decided to live in the island and then namely “ KARIMUNJAWA”
The island which vaguely seen from top of Muria Mount belongs to java territory. In the island there are plenty of nyamplung tree. That’s the reason why amir Hasan was well know as “SUNAN NYAMPLUNG”

2. STINGLESS FRESH WATER CATFISH
When Nyai Sunan Muria ( Sunan Muria’s wife ) didn’t find her son, she asked her husband where Amir Hasan had gone. Sunan Muria then replied that Amir Hasan was asked to go to isolated island on Northward of Java island. Nyai Sunan Muria decided to catch Amir Hasan up. She brought Amir Hasan’s favourite food “Pecel lele” ( barbequed fresh water catfish served with crushed chili). Unfortunately she didn’t able to catch amir Hasan up. So she threw the food to the sea. Magically, the food casted away to the island which Amir Hasan purposed. The catfishes in this island have not stingless catfishes is called Legon Lele, this area is located and last part of Karimunjawa.

Fish


3. PIERCED NAILS
Nyai Sunan Muria also brought another Amir Hasan’s favorite food that was made of nails as main material.Because of her disappointment, she threw the food to the sea. Same with the fresh water catfish, the nails also magically cated away in the Karimunjawa sea the nails can be found around Legon Lele, those all nails have special hole on their back. So they are called as “SIPUT BOLONG” (Pierced Nails).

4. BLIND SNAKE
It was told, one day Amir Hasan was looking for a place to spread his Islamic knowledge. When he walked around, suddenly there was a poisonous black snake and he was bitten by the snake. He then angrily cursed the snake in to blind snake. Nowadays, this snake is well known as “Edor Snake”, generally the snake couldn’t move in a day light.

5. DEWADARU WOOD
If we visit Sunan Nyamplungan grave yard which is located on top of a hill, we will find two huge trees called “Dewa Wood” close to gate. According to local folklore, this kind of wood has magical power. Local people believe that the wood will make their house save from thief or other annoying actions if they have part of the wood in their house.

6. SETIGI WOOD
Believed as wood which was used as stick by Sunan Nyamplungan and used to curse the snake mentioned above.Special note : this kind of wood will drawn in water if we put in the water. It is used to neutralize poison of animal.

7. KALIMASADA WOOD
Instead of those kinds of wood, there’s also a kind of wood which has magical power named Kalimasada Wood. Local people to fight against devil spirit often use this wood.

SPECIAL POTENTION OF KARIMUNJAWA
National sea park of Karimunjawa consists of 1 sub-district, 3 villages and 27 islands (5 island are inhabitant, the others are empty). The distance is about 90 km northward of Jepara town centre.
SPECIAL INTEREST
National sea park of Karimunjawa is suitable area to conduct sea tourism some additional values of Karimunjawa :
- Wonderful sea view and the purity of the water
- With sandy beaches
- Some unique preserved animal such as deer, stingless, catfish, edor snake, etc.
- Rarely touched jungle
- Shark, kerapu, lemuna, tripang can be seen in preservation area
- Dolphins

Sumber : http://www.gojepara.com/

Candi Gedong Songo Semarang

This is a resort on the slope of mount Ungaran, about 900 meters above sea level. Gedong Songo (nine buildings), a group of small 8th century Hindu Javanese temples, can be reached either by car or on horseback from the town. Built at about the same time as the temples of the Dieng complex, Gedong Songo is one of the most beautifully sited temple complexes in Central Java and the views alone are worth the trip. Gedung Songo ('Nine Buildings') belong to the earliest antiquities of Java, they follow up the temples on the Dieng Plateau directly, for what about time. They were also built high in the mountains in an area full with volcanic activity; and they were also from Hinduist origin. But where the temples on Dieng Plateau are somewhat squeezed into a foggy valley, Gedung Songo are spread over the higher parts of the mountains, which guarantee a splendid view. On clear days, the horizon is one long row of volcanoes, from mount Lawu in the east, towards mount Sumbing, mount Sundoro and Dieng Plateau in the west.

The temples were built between 730 and 780, the first temple excepted, which could have been built some 30 years later. Gunung Songo is not the original name and also doesn't point at the number of structures. The number nine has a special meaning in the Javanese culture, in which there is a strong attachment to numbers. The temples are located at about the same distance from each other (100 meters, 200 meters) on a naturally formed terrace of edge of a mountain.

Wana Wisata Bandungan

Lokasi Kelurahan Bandungan,Kecamatan Ambarawa Jarak Bandungan - Kota Ungaran 12km, Bandungan - Kota Ambarawa 7km, Bandungan-Kota Semarang 23km.
Daya Tarik :
  • Wisata alam
  • Wisata Olah Raga (kolam renang,lapangantenis)
  • Pusat Pembelanjaan sayuran dan buah-buahan
  • Taman Bunga
  • Tempat Peristirahatan
  • Pasar Maya(Pasar Buah dan Sayur)

Air Terjun Semirang, Semarang

Air Terjun Semirang, berlokasi Desa Gogik,Kecamatan Ungaran Jarak Semirang-Kota Ungaran 5km Semirang-Kota Semarang 25km.

Daya Tarik :
Air Terjun - Hawa sejuk - Pemandangan alam yang indah bernuansa pedesaan

Siwarak (tirtoargo) Semarang

Lokasi Di Desa Siwarak, Kecamatan Ungaran Jarak Siwarak-Kota Ungaran 2km Siwarak-Kota Semarang 23km. Daya Tarik : Kolam renang dengan air alam yang bersih dan sehat Pemandian alam yang indah Tempat kolam pemancingan Fasilitas : Warung makan dan aneka makanan khas. Dekat dengan hotel indrakila

Hutan Wisata Penggaron

Lokasi Di Kota Ungaran Jarak Penggaron Kota Ungaran - 2 km Penggaron Kota Semarang - 15 km. Daya Tarik : Wisata Alam - Wisata untuk perkemahan -Lapangan Golf. Daya Dukung Wisata : Tempat Bermain Anak - Hawa Sejuk

Api Abadi Merapen

Pada akhir Majapahit, berdirilah kerajaan Demak yang didirikan Raden Patah dibantu oleh para Wali dan guru agama. Akhirnya oleh Prabu Brawijaya, Raden Patah diijinkan dan bahkan diangkat menjadi Bupati di Bintara Demak pada tahun 1503. Kemajuan Bintara sangat pesat dan pengaruhnya sampai menyusup ke daerah Majapahit. Beberapa bangsawan Majapahit sudah mulai masuk Islam. Tahun 1509 Raden Patah diangkat sebagai Sultan Demak dengan Gelarnya Sultan Jimbun Ngalam Akbar atau Panembahan Jimbun. Dia memerintah sampai tahun 1518 dan digantikan oleh Adipati Umus (1518 – 1521). Usaha penaklukan Majapahit baru terlaksana pada tahun 1525, yaitu pada masa kekuasaan Sultan Trenggono ( 1521 – 1546 ).
Dengan keruntuhan Majapahit tahun 1525, maka kerajaan Demak sebagai kerajaan Islam di Jawa menjadi penguasa tunggal. Sedang sisa - sisa penguasa Majapahit yang tidak mau tunduk ke Demak memindahkan pusat kerajaannya ke Sengguruh. Ada pula yang menyingkir ke Ponorogo dan lereng Gunung Lawu.

Setelah R. Patah menjadi raja dia mulai menata wilayah kerajaan. Kota Demak dijadikan pusat pemerintahan, pusat perdagangan dan pusat pendidikan dan penyebaran agama Islam ke seluruh Jawa. Sebagai lambang negara Islam dibangunlah sebuah masjid Agung yang merupakan perpaduan antara budaya Islam dengan budaya Hindu.

Ekspedisi pemboyongan dipimpin oleh Sunan Kalijaga tampak berjalan lancar. Setelah sampai di Mrapen mereka merasa sangat lelah. Kemudian rombongan itu beristirahat disitu. Karena tidak ada air untuk minum, maka Sunan Kalijogo bersemedi memohon kepada Tuhan diberi air untuk minum para pengikutnya. Tongkat wasiatnya ditancapkannya ke tanah, kemudian dicabutnya. Tetapi yang keluar bukan air namun api yang tidak dapat padam (Api Abadi). Sejak itulah tempat itu disebut Mrapen.

Kemudian di tempat lain dilakukan hal yang sama dan keluarlah pancuran air yang jernih, yang dapat diminum. Demikian rombongan itu minum dan setelah hilang lelahnya mereka melanjutkan perjalanannya ke Demak. Sesampainya di Demak barang - barangnya yang dibawa diteliti. Ternyata ada yang ketinggalan di Mrapen, berupa sebuah ompak (alis tiang). Sunan Kalijaga menyatakan ompak itu tidak perlu diambil sebab nantinya akan banyak gunanya. Batu ompak itu kemudian dikenal dengan Watu Bobot.

Suatu ketika Sunan Kalijaga mengajak Jaka Supo pergi ke hutan mencari kayu jati yang cocok untuk dibuat "Saka Guru“ Masjid Agung Demak. Jaka Suko adalah Putra Tumenggung Mpu Supodriyo, seorang Wedana Bupati Mpu (tukang membuat alat perang dari besi) Kerajaan Majapahit. Pada waktu itu Jaka Supa sendiri telah menjabat sebagai jajar Mpu walaupun dia abdi Majapahit, tetapi dia telah belajar agama Islam pada Sunan Kalijaga.

Selama Sunan Kalijaga mengembara di hutan mencari kayu tersebut, dia berjumpa dengan Dewi Rasa Wulan yang sedang “Tapa Ngidang“. Dewi Rasa Wulan sebenarnya adalah adiknya sendiri yang lari dari Kadipaten Tuban, karena ditawari untuk menikah tidak mau. Oleh Sunan Kalijaga, Dewi Rasa Wulan diajak ke Tuban. Di Tuban dia dikawinkan dengan Jaka Supa.

Pada suatu pagi, ketika Jaka Supa yang telah bernama Mpu Supa “Memadai” ( bahasa Jawa : Mandhe ) membuat keris, datanglah Sunan Kalijaga untuk minta kepada Jaka Supa membuat sebuah keris yang baik. Sunan memberinya bahan berupa besi sebesar biji asam (sak klungsu) Jaka Supa heran, dapatkah besi yang sekian besarnya dapat dibuat keris ? tetapi setelah dipegang ternyata besi itu sangat berat dan berubah menjadi sebesar Gunung. Mpu Supa sangat takut kepada Sunan Kalijaga, maka apa yang menjadi perintah Sunan Kalijaga dikerjakan. Sunan Kalijaga memerintahkan supaya keris dibuat di Mrapen. Maka Mpu Supa pergi ke Mrapen membuat keris tersebut. Untuk pembakarannya digunakan api abadi. Watu Bobot digunakan sebagai landasannya. Sedang air sendang juga digunakan sebagai penyepuhnya. Aneh, air yang tadinya jernih setelah dipakai untuk menyepuh keris berubah warna menjadi kuning kecoklat - coklatan sampai sekarang.

Setelah keris itu jadi, dalam Serat Babad Demak (M. Atmo Darminto, 1962 : 55 – 56) dinyatakan : (tembang Dandang Gula) :

Sunan Kali angandika aris, Sunan arani kris dapur Sengkelat, dene kris abang warnane, nanging iki tan patut, dipun angge wong laku santri, iki pantes kagema, mring patingginipun, negaraning pulo Jawa, wus pinasthi besuk dadi pusaka ji, kang mengku nusu Jawa.

Lah pundhinen jebeng ingkang becik, bokmanawa Siradarbe darah, kang mengku nusa Jawane, nulya simpenen tinampen gupuh, mring Ki Supa dhuwung pinundhi, dohing maling jeng Sunan, gawekena ingsun, cothen pranti pembelehan, ingkang pantes dianggo wong laku santri, mengko sun golek tosan.
Sumber : http://www.grobogan.com/

Bledug Kuwu Kab. Grobogan

Masyarakat Grobogan Purwodadi sudah tidak asing lagi akan adanya “bledhug kuwu“ tersebut, sebab obyek Bledhug Kuwu telah menjadi obyek wisata alam yang menarik di daerah tersebut. Keajaiban alam berupa “plembungan endhut“ yang meletus ( bledhug ) dengan suara letusan yang cukup keras ini memang benar - benar ajaib. Bledhug itu sepanjang zaman tidak putus - putusnya terjadi dilokasi tanah seluas kurang lebih 40 Ha. Bledhug itu ada yang sangat besar, bahkan ada yang sebesar rumah penduduk.

Menurut cerita tutur, bledhug itu terjadi karena ulah Jaka Linglung, Putra Aji Saka atau Prabu Jaka dari kerajaan Medang Kamulan.

Pada satu ketika Jaka Linglung yang berwujud ular naga itu disuruh Aji Saka atau Prabu Jaka membunuh Dewata Cengkar yang telah berubah rupa menjadi seekor buaya putih yang sangat besar, sebagai syarat untuk diakui sebagai anaknya. Jaka Linglung berangkat ke laut selatan tempat Dewata Cengkar bertahta. Dia tidak sabar melalui darat, maka dia melalui dalam tanah, jalan yang dilalui oleh Jaka Linglung itu akhirnya berubah menjadi “tanah lendhut“ Bledhug yang terjadi adalah nafas Jaka Linglung selama dalam perjalanan itu. Jadi menurut kepercayaan orang, ada hubungan bledhug itu dengan laut selatan.
Kenyataan sampai sekarang, air dari bledhug itu mengandung garam dan ditambang oleh penduduk sekitarnya sebagai tambang garam yang diambil dari air bledhug tersebut.

Selanjutnya cerita Jaka Linglung menurut cerita Aji saka, adalah sebagai berikut : Dalam serat primbon Jayabaya ( hal. 23 - 24 ) terdapatlah pasal yang menyebutkan tentang perginya Prabu Esaka dalam bab V Piwulang Dewa, yang berbunyi :

Pun Jaka sengkala anakipun Empu Anggejali, patutan saking Dewi Saka, Putranipun Raja Sarkil ing pulo Najran Sareng Jaka Sengkolo jumeneng nata, jejuluk Sang Aji Saka jengkar saking negaripun lajeng Nga Jawi, tanpo wonten ing redi kandha ( kendeng ? ) tlatah banyuwangi jejuluk Empu Sengkala. Anuju ing Surya Adam, tahun 5164, Chandra 5316, Empu Sengkala macak titimangsa tahun jawi : kaeteng tahun Candra - Sengkala I Warsa. Tahun Rum anuju angka 444 warsa. Tahun Adam tahun Surya 5161 warsa. Tahun Masehi 78 jumenengan nata.

Aji Saka ke tanah Jawa dengan keempat orang muridnya. Di tanah Jawa dia mendirikan perguruan di ujung kulon. Kemudian mengembara sampai ke Galuh. Disini murid - muridnya ditinggalkannya, dan dia terus mengembara ke arah timur. Sampailah dia ke Medang Kamulan, tempat Prabu Dewata Cengkar, raja yang gemar makan manusia, bertahta

Menurut serat Sindula ( Babat pajajaran, naskah carik ) negara Medang Kamulan dikuasai oleh seorang raja raksasa yang gemar makan manusia, bernama Prabu Dewata Cengkar. Akibat ulah raja itu rakyat menjadi sangat susah, sebab tiap hari harus dapat menyerahkan seorang manusia sebagai santapannya. Prabu Dewata Cengkar itu adalah putra Prabu Sindula, titisan Dewa Wisnu ke dunia di negara Galuh. Prabu Dewata Cengkar berontak kepada ayahnya Prabu Sidula kalah dan Moskwa Dewata Cengkar menggantikan kedudukan ayahnya sebagai raja Galuh. Kerajaan dipindahkan ke Medang Kamulan.

Sementara itu dalam pengembaraan Aji Saka sampailah ke Negara Medang Kamulan itu. Aji Saka datang ke rumah janda sengkeran, seorang janda patih di Medang Kamulan. Disitu, sebagai seorang guru (Brahmana) dia banyak mengajarkan ilmu sastra, ilmu penitisan dan ilmu pengetahuan agama. Dari cerita janda sengkeran diketahui bahwa dalam negara Medang Kamulan sedang dilanda kesusahan yang besar, sebab ulah prabu Dewata Cengkar yang gemar makan manusia. Sebagai seorang Brahmana Aji Saka ingin melepaskan rakyat Medang dari kesengsaraan itu. Maka dia minta kepada janda Sengkeran agar dia haturkan kepada Prabu Dewata Cengkar untuk dijadikan santapannya. Karena kehendak Aji Saka itu tidak dapat dihalangi oleh janda sengkeran, akhirnya Aji Saka dihaturkan ke Prabu Dewata Cengkar untuk dijadikan santapannya .

Di hadapan Prabu Dewata Cengkar, Aji Saka menyatakan mau disantap oleh Sang Prabu asal dapat meluluskan satu permintaannya, yaitu minta tanah seluas kain ikat kepalanya. Sang Prabu tidak keberatan meluluskan permohonan tersebut .

…. Pan apurun dados dhaharing Sang Nata, nanging dharber prajanji nuwun bumi medhang, sawijare kang dhestar, bumi dhen suwun sumiyeh, yen sampun tanpa semonggo karso aji. Serat (Sindula : 17) Demikianlah permohonan Aji Saka tersebut dikabulkan. Destar (Ikat Kepala) diminta oleh prabu Dewata Cengkar, kemudian ditebarkan (dijereng), ternyata kain ikat kepala itu menutupi seluruh daerah Medang Kamulan karena kalah janji, maka Prabu Dewata Cengkar beserta prajuritnya yang setia diusir dari Negeri Medang terjadilah perang yang hebat dan Prabu Dewata Cengkar terpojok di pantai laut selatan, akhirnya dia menceburkan diri ke laut, dan berubah menjadi buaya putih yang merajai laut selatan.

Dyan Dewata cengkar salah kedaden, pan dadi baya putih wis kena ing papa, ceritane kang rama gengiro ka giri - giri, lir endra suta kagila - gila ngajrihi .( Ibit : 18 ) .

Di laut selatan Dewata Cengkar mendirikan kerajaan manusia. Patihnya bernama Adipati Gajah Mina : Bupati Ki Tumenggung Mamprang : prajurit : Haryo Lodan, Ronggo saradulo demang Wikridipo : Ki Pandelengan mina : Santono Tumenggung Mamprang, Harya Kaluyu, Raden Saradula; Demang Wikridipo : Ki Pandelegan Mina : Santapan Tumenggung Mamprang hanya terdapat dua raja yaitu Ratu Kidul dan Prabu Dewata Cengkar. Keduanya saling berebut pengaruh dan saling ingin berkuasa.

Demikianlah setelah Dewata Cengkar kalah dan menjadi buaya putih, Aji Saka diangkat menjadi raja Medhang Kamulan dengan gelar Jaka atau Empu Lodang Widayaka, atau Prabu Aji Saka.

Setelah menjadi raja, Aji Saka ingat akan dua anak abdinya yang ditinggalkan di pulau Mejati, yaitu Ki Dora dan Ki Samboda. Maka diutus abdinya yang lain untuk memanggil kedua abdinya itu. Yang datang adalah Ki Dora sedang Ki Samboda masih tetap di Pulau Majeti menunggui pusaka Aji Saka seperti pesan yang pernah ditinggalkan oleh Aji saka. Melihat kenyataan tersebut, maka Ki Dora disuruh kembali memanggil Ki Samboda dengan membawa keris pusakanya sekali. Tetapi lama sudah kedua abdi itu tidak kembali. Maka Aji Saka memutuskan Ki Duga dan Ki Prayuga ke Pulau Majeti. Dua Prayuga sampailah di Pulau Majeti ditemukan bahwa Ki Dora dan Ki Samboda telah kedapatan mati bersama. Melihat keadaannya keduanya habis berkelahi dan mati sampyuh .

Ing Pulau Mejati Nora kepanggih pun Dora Samboda inulatan, kepanggih mati karone ANACARAKA lampus, labet DATASAWALA sami, sakti PADHAJAYANYA, sakti sareng lamus, MANGGABATANGA sih, sandagane karone magsih sinanding, suku pepet, cokro pengkal. ( Ibit : 21 ) melihat kematian Dora Samboda tersebut, Duga Prayoga segera kembali ke Medang Kamulan, atur periksa kepada Prabu Jaka. Prabu Jaka menerima laporan tersebut sangat sedih sebab sebenarnya dialah yang bersalah. Untuk mengenang peristiwa tersebut maka Prabu Jaka menceritakan CARAKA JAWA yang terdiri dari empat kalimat ( Utusan berjumlah empat orang ) dan masing - masing kalimat terdiri dari 2 huruf Nglegena ( peristiwa itu mengenai lima orang jadi CARAKA JAWA berjumlah dua puluh buah, caraka jawa itu dapat hidup dan berguna bagi kehidupan umat manusia harus disandangi dengan suku, wulu, cakra, cecak, pengkal, taling, taling tarung, layar dan sebagainya. Sedang huruf itu ada beberapa yang mati kalau dipangku

Susunan caraka jawa itu adalah :

HA NA CA RA KA

DA TA SA WA LA

PA DHA JA YA NYA

MA GA BA THA NGA

Caraka jawa tersebut disusun berdasarkan tua mudanya sastra, yaitu “sastra sandi sarimbagi”, setelah ditambah dengan huruf hidup : I, o, u, e, e menjadi berjumlah 25 buah kemudian ditambah lagi dengan pengkal, cakra, keret, cecak dan wignyan jumlah menjadi 30 buah. Lengkaplah sudah cara jawa dapat hidup dan kehidupan manusia didunia .

Dengan karya tersebut menandakan bahwa Aji Saka adalah seorang Brahmana yang wignya, mahir dalam segala ilmu dan ngilmu lahir dan batin. Walaupun sudah menjadi raja, Aji Saka masih tetap melalukan kesenangan lamanya, yaitu pergi menyepi, bertapa di hutan dan gunung keramat .

Pada suatu hari Aji Saka sedang menyepi di hutan dia melihat seekor ular naga yang sedang bertapa di sebuah goa. Aji Saka panas hatinya, ular tersebut dibunuhnya setelah ular naga itu mati terdengarlah suara .

Sikaara mateni ulo taami, busuk tembe Prabu Saka sirna anggabung kelanange pujangga muskha sampun ( Ibit : 44 ).

Suara tersebut berasal dari arwah ular naga yang mati itu. Dan umpatan ular itu nantinya menjadi kenyataan. Pada suatu hari Aji Saka ingin nantinya menjadi kenyataan. Pada suatu hari Aji Saka ingin menengok Nyai Janda Sengkeran. Dahulu ketika dia datang pertama kali di negara Medang Kamulan dia mengetahui Nyai Janda mempunyai seorang anak perempuan yang cantik putri tersebut sekarang mestinya sudah dewasa anak itu bernama Retno Dewi Rarasati. Ketika dia sampai ke rumah janda tersebut dia melihat Retno Dewi Rarasati sedang menumbuk padi. Kainnya terbuka keatas dan kelihatanlah pahanya yang mulus. melihat hal tersebut Aji Saka jatuh birahinya. Dia tidak menahan asmaranya maka jatuhlah air maninya ke bumi kebetulan pada waktu itu ada seekor ayam kate putih simbar delima milik Nyi janda. Air mani itu dimakannya kemudian pergi dilain pihak Retno Dewi Rarasati melihat Aji Saka seperti kena gendam dan jatuh cinta nafsu asmaranya tidak tertahankan, maka noktahnya jatuh cinta. Nafsu asmaranya tidak tertahankan maka noktahnya jatuh ke bumi. Noktah itupun dimakan oleh ayam kate tersebut .

Kehendak Dewata tidak dapat diingkari. Ayam tersebut kemudian bertelur sebutir. Prabu Aji Saka sangat malu dengan peristiwa tersebut, inilah pembalasan ular naga yang mati di bunuhnya selanjutnya telur tersebut diambil nyi janda dan ditaruh di padaringan. Aneh, beras di padaringan tidak habis - habis walaupun tiap hari diambil berasnya bahkan bertambah banyak. Kemudian telur itu dipindahkan kelumbung tempat menyimpan padi. Dilumbung telur itu menetas menjadi seekor ular naga yang sangat besar, Nyi janda Sengkeran sangat takut pada ular itu kemudian dia berlari untuk menghadap patih melaporkan peristiwa tersebut. Kemanapun Nyi janda pergi selalu diikuti ular naga tersebut. Akhirnya sampailah kehadapan patih terngger. Ki Patih sangat takut melihat ular tersebut lebih mengherankan lagi bahwa ular itu dapat berbicara seperti manusia .

Pujangga Gumuyu suka, kaki patih ojo wedi lan tho payo podha lengah, mengko suntutur rumiyen, Ki patih langkung ajrih, gumeter nggennyo alungguh, ngucap gugup agreragapan. Tik saka apa siriki, tanpa sangkan sumabur ponang pujangga. Tata jalma bisa ngucap. Kulo niki kaki patih, arsa sowan Kanjeng Rama ing Medang Srinarapati. Ki Dipati marijrih, wus sarep ing penggalih ( serat sindula : 46 ) .

Mendengar perkataan ular yang dapat bercakap - cakap layaknya seperti manusia Ki Patih tidak lagi. Maka dia melaporkan hal tersebut kepada Prabu Jaka. Menerima laporan tersebut, raja sangat malu. Dia teringat akan peristiwa masa lalu dengan Retno Dewi Rarasati. Kenyataan itu harus dihadapi dan diterimanya. Akhirnya dia berkata, bahwa laporan itu dia terima dan ular itu diberi nama ular linglung atau Jaka linglung. Raja mengakui sebagai putranya dengan syarat Jaka Linglung dapat membunuh mungsuh utamanya, yaitu Dewata Cengkar, yang sekarang telah beralih menjadi buaya putih bertahta di laut selatan. Jaka linglung menyanggupinya. Maka berangkatlah dia ke laut selatan. Jalan yang dilaluinya menjadi rata, maka dia masuk ke bumi, dan timbul kembali ke laut selatan.

Ingkang kamargen waradin nadyan jurang pan wiradin, kasuwen ambeles mangidul, lebul telengin samudro. [ ibit ;48 ]

Di laut selatan, dia ketemu dengan Ratu Angin ( Ratu Kidul ) yang sedang dilanda kesedihan, karena rakyatnya sedang mendapat gangguan hebat dari rakyat buaya putih Dewata Cengkar. Mengetahui kedatangan Jaka Linglung hendak membunuh Dewata Cengkar itu, Ratu Kidul sangat senang hatinya. Bahkan dia berjanji bila jika linglung dapat membunuh Dewata Cengkar, dia akan mengabdi kepadanya. Dijadikan Raja Selatan, walaupun sebentar, dia akan dijadikan menantunya dikawinkan dengan anaknya : Retno Blorong, kenyataannya Jaka dapat membunuh Dewata Cengkar dan janji Dewi Angin Angin dipenuhi (Ranggawarsito; Witorotyo 111, 1992 , 122 -12 ).

Setelah beberapa lama di laut selatan, Jaka Linglung minta ijin kepada Ratu Kidul untuk kembali ke Medang Kamulan. Berangkatlah dia dengan Istrinya Retno Blorong ke Medang Kamulan.

Dia mengarah ke barat, lewat Samudra, masuk ke dalam tanah, timbul kembali di tanah pasundan. Masuk ke tanah lagi timbul di Jawa Tengah itu sebabnya di Jawa banyak ditemukan sumber air yang mengandung garam ( Bleng ), sebab sumber itu merupakan petilasan Jaka Linglung tersebut. Dalam perjalanannya diteruskan ke timur lewat bawah tanah dan muncul kembali ke Demak di Desa Walak. Masuk ke tanah lagi dan muncul kembali di Grobogan dan berhenti di rawa - rawa garam .

Medal teleng jalat ri ambles pratala weruh benggang jebul ngardi nenggih in Pasundan milo ing sak puniko kuto Bleng ing tanah jawi, patilasan niro sang Linglung ngudi milo malih majin bumi jebul Demak, ing wala wastaniki, ambles malih ing pantala, anjebol ing Grobogan ing Ngumpak lami.(Sindula : 52).

Dari Ngembak ( Rawa - rawa ? ) Jaka Linglung meneruskan perjalanan ke Banyuwangi, terus ke Jana Cerewek, ke Banjar, Dikil. Di Jati, Jaka Linglung tidur, disitu upasnya jatuh. Tempat jatuhnya upas itu kemudian dinamakan Desa Gasak. Disinilah kemudian ada “Bleduk Upas“ yang tidak dapat dimakan. Jaka Linglung melanjutkan perjalanan sampai ke Kuwu. Disini agak lama. Dari Kuwu inilah Jaka Linglung datang menghadap Prabu Jaka di Medang Kamulan sejak itulah dia diterima sebagai Putera Prabu Jaka. Oleh Prabu Jaka, Jaka Linglung diangkat sebagai Putra Mahkota dengan gelarnya Prabu Anom Linglung Tunggul Wulung. Istana Kadipaten kemudian dipindahkan ke Desa Kesanga. Sedang istrinya Retno Blorong ditempatkan di Grobogan di Desa Ngembak, wilayah Medang Kana. Kedaton Kesanga disebut pula Kedaton Kadipaten, Tumenggungan, Kariyan Panggabean atau Kranggan. Beberapa waktu menjadi Adipati Anom Tunggul Wulung kemudian pergi bertapa di Tunggul Wulung Kesanga.
Sumber : http://www.grobogan.com/

Agrowisata Kaligua

perkebunan teh kaligua
Perkebunan teh Kaligua merupakan kawasan wisata agro dataran tinggi yang terletak Kaligua di Desa Pandansari, Kecamatan Paguyangan, kab. Brebes, Jawa Tengah. Tepatnya di wilayah Brebes bagian Selatan. Wisata agro Kaligua dikelola oleh PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Jawa Tengah dan merupakan diversifikasi usaha untuk meningkatkan optimalisasi aset perusahaan dengan daya dukung potensi alam yang indah. Hasil pengolahan perkebunan teh Kaligua adalah berupa produk hilir teh hitam (black tea) dengan merk “Kaligua” dalam kemasan teh celup dan serbuk. Jadi wisatawan yang berkunjung dapat langsung menikmati hangatnya teh hitam (black tea) Kaligua atau dapat membeli sebagai oleh-oleh.

Aksesibilitas Lokasi wisata agro Kaligua terletak sekitar 10 kilometer dari arah kota Kecamatan Paguyangan, atau sekitar 15 kilometer dari Bumiayu. Jalur transportasi dapat ditempuh melalui jalur utara via Brebes atau Tegal-Bumiayu-Kaligua, Cirebon-Bumiayu-Kaligua, dan jalur selatan via Purwokerto-Paguyangan-Kaligua. Jalur tersebut dilewati jalan utama Tegal-Purwokerto, tepat masuk lewat pertigaan Kaligua, Kretek. Perjalanan mulai berkelok-kelok, dan naik-turun.

Geografis

Perkebunan teh Kaligua berada pada ketinggian 1200 - 2050 m dpl. Kondisi udara sanagt dingin, berkisar 8-22 C pada musim penghujan dan mencapai 4-12 C pada musim kemarau. Jadi tidak heran kalau wilayah perkebunan teh ini hampir selalu diselimuti kabut tebal. Perkebunan teh tersebut terletak di lereng barat gunung Slamet (3432 m dpl)yang merupakan gunung tertinggi kedua di pulau jawa setelah gunung Semeru. Dari salah satu tempat di perkebunan teh Kaligua kita dapat menikmati keindahan puncak gunung Slamet dari dekat, yaitu puncak Sakub. Nah jika ke Kaligua maka sempatkanlah untuk menikmati keindahan panorama indah, sekaligus kita dapat melihat keindahan gunung Ciremai, Tegal, dan Cilacap.


Sejarah

Perkebunan teh Kaligua merupakan warisan pemerintahan kolonial Belanda. Pabrik dibangun pada tahun 1889 untuk memproses langsung hasil perkebunan menjadi teh hitam. Kebun ini dikelola oleh warga Belanda bernama Van De Jong dengan nama perusahaan Belanda John Fan & Pletnu yang mewakili NV Culture Onderneming. Sebagai penghargaan makam Van De Jong masih terawat sampai saat ini di lokasi kebun Kaligua.
Konon pada saat pembanguan pabrik, para pekerja membawa ketel uap dari Paguyangan menuju Kaligua ditempuh dalam waktu 20 hari. Peralatan tersebut dibawa dengan rombongan pekerja yang berjalan kaki naik sepanjang 17 km. Selama proses pengangkutan tersebut, para pekerja pada saat istirahat dihibur oleh kesenian ronggeng Banyumas. Sampai sekarang setiap memperingati HUT pabrik Kaligua 1 Juni selalu ditampilkan kesenian tradisional tersebut.

Fasilitas :

Kawasan wisata agro Kaligua memberikan banyak pilihan untuk wisata. Sebab, terdapat beberapa situs wisata menarik yang berada di seputaran Kaligua. misalnya Gua Jepang, Tuk Benih, Gua Angin, Makam Pendiri kebun Van De Jong. Beberapa vila milik perkebunan bisa dimanfaatkan oleh pengunjung yang ingin bermalam. Kawasan perkebunan teh Kaligua, selain menarik untuk sarana wisata keluarga, juga sangat cocok untuk refreshing bagi orang kota yang setiap hari disibukkan oleh rutinitas kerja. Untuk melayani wisatawan, pihak perkebunan menyediakan fasilitas homestay (penginapan) yang cukup baik.
Fasilitas ; penginapan, wisma Flamboyan (6 kamar),Wisma Dahlia (3 kamar), Wisma Kenanga (2 kamar),Wisma Anggrek (2 kamar), Gedung Pertemuan, Areal Camping,Areal outbond, Gazebo, Lapangan Sepak Bola, Lapangan Tenis, Lapangan Volley, Tennis Meja & Billyard, Tea & Coffee corner (kafe), Hiburan Musik Orgen Tunggal, Jasa Layanan Teh & Catering, Pusat Layanan Kesehatan, Sarana Ibadah

Penunjang

Tak jauh dari lokasi tersebut, di sekitar Pandansari, terdapat sebuah tempat wisata yang tergolong langka. Yakni, sebuah telaga yang dihuni jutaan ikan lele jinak (Telaga Ranjeng). Lokasi telaga itu berada di tengah hutan lindung dan masih berada dalam pengawasan Cagar Alam Nasional.


Paket Wisata : 1. Wisata Edukasi/ilmiah ; perkebunan teh, budiadaya, persiapan benih, pemeliharaan, panen, pengolahan pabrik, produk siap seduh. Umumnya para pelajar dan mahasiswa sering berkunjung ke Pabrik untuk melihat langsung budidaya teh dan proses pengolahan teh.

2. Wisata Rekreasi Keluarga (Family gathering) dilengkapi taman bermain anak, kolam renang air hangat untuk anak-anak. Umumnya pada hari libur nasional dan hari minggu banyak yang berkunjung ke kebun teh dan danau renjeng.

3. Wisata historis/budaya.

4. Wisata Petualangan ; permainan & outbond dapat juga sebagai pos awal pendakian menuju gunung Slamet. Setiap musim liburan sekolah banyak para siswa yang mengadakan kegiatan kemah, sekaligus outbound. Disamping itu karyawan perusahaan swasta di wilayah Brebes, Tegal, Cirebon, dan Purwokerto juga mengadakan corporate gathering. Perusahaan swasta besar dari Jakarta juga pernah mengadakan pertemuan di kebun Kaligua

5. Wisata bisnis ; MICE (Meeting, conference, incentif, exhibition)

6. Wisata kebun (stroberi, kubis, kentang, tanaman hias)

7. Wisata olahraga (tennis, sepak bola, bola voli, billyard)
 
Copyright © 2003. Paradiso Tour - All Rights Reserved
Proudly powered by Jimny Nekat
Semarang : Jl. Kol. H.R. Hardijanto, RT. 01 RW. IV, Sekaran Gunungpati, Telp. (024) 86458302, 081901095344 / 081327965326
Banjarnegara : Jl. Raya Wanadadi – Punggelan KM.03 Badakarya, Telp. (0286)5985338 / 085 747 138 766
Batang : Pandansari, RT. 5/II No. 08 Warungasem. Telp. 0815 696 5059